UAS SOSIOLOGI BENCANA
Nama : Erni Wulandari
NIM : 18413241030
Prodi : Pendidikan Sosiologi 2018 A
KESIAPSIAGAAN KELUARGA
Sebelum Bencana Gempa Bumi
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Dalam hal ini maka akan timbul korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana tidak dapat diprediksi secara pasti terjadinya sehingga masyarkat diharapkan memiliki kesiapan dalam menghadapi bencana. Kesiaapan menghadapi bencana memiliki manfaat dalam pengurangan risiko bencana salah satunya dalam menghadapai bencana alam gempa bumi. Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang kerap melanda Indonesia. Oleh karenya, perlu adanya sosialisasi terkait dengan management bencana yaitu pra bencana, saat bencana, dan paska bencana.
Semakin meningkatnya kejadian bencana maka perlu adanya kesadaran masyarakat tentang management bencana dan perubahan paradigma bahwa pengurangan risiko bencana dan penanganan bencana yang selama ini meletakkan tanggungjawab sepenuhnya kepada pemerintah dan badan penanggulangan bencana ataupun pihak luar yang terkait menjadi sebanarnya juga menjadi tanggungjawab setiap masyarakat termasuk dalam lingkup kecil yaitu keluarga. Salah satunya adalah kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi bencana alam gempa bumi. Kesiapsiagaan merupakan upaya yang mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Mengapa penanaman sadar bencana dan kesiapsiagaan harus dari lingkup kecil keluarga? Sebab di dalam keluarga memiliki peranan penting dalam pengurangan risiko dimana struktur masyarakat terkecil pertama yang memberikan sosialisasi kepada setiap anggotanya. Kemudian menurut hasil survei pada kejadian gempabumi besar Hanshin - Awaji Jepang pada tahun 1995, menunjukkan data presentase korban selamat berkat tolongan dari keluarga sebesar 31,9% peringkat kedua di bawah penyelamatan diri sendiri dengan presentase 34,9%. Dalam hal ini maka lingkup keluarga menjadi hal terpenting dalam melakukan kesiapsiagaan bencana.
Keluarga dapat memberikan sosialisasi pendidikan bencana sejak diri terumatama kepada anak. Sosialisasi dapat diberikan dalam bentuk pengenalan potensi bencana, jenis jenis bencana, cara untuk menyelamatkan diri, cara untuk nyaman secara psikologis, menyiapkan tas siaga bencana, cara membuat tenda darurat, dan bagaimana cara untuk melestarikan lingkungan sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana. Selaknya pendidikan sopan, santun, moralitas, dan religi maka keluarga memiliki tanggungjawab untuk memberikan pendidikan bencana kepada setiap anggotanya karena begitu pentingnya pendidikan dan management bencana sebagai bentuk modal bertahan dalam kondisi yang dihadapkan oleh bencana khususnya gempa bumi. Berikut adalah beberapa kesiapsiagaan keluarga sebelum gempa bumi.
Memberikan dan mengenalkan tempat yang aman untuk melindungi diri bagi keluarga termasuk anak anak. Memberikan informasi untuk mencari tempat yang aman pada saat terjadi gempa agar tidak tertimpa perabota rumah tangga seperti berlindung di lemari dan cari meja yang kokoh. Jika keadaan sudah dianggap tenang usahakan untuk segera keluar runagan. Dalam hal ini orangtua juga dapat memberikan informasi terkait dengan tempat nyaman dan aman apabila terjadi gempa bumi di luar rumah. Tak lupa juga menyampaikan jalur evakuasi, tempat obat P3K yang mudah diingat oleh anak dan anggota keluarga lainnya. Selain itu perlu disampaikan pula nomor nomor penting seperti PMI, kepolisian, rumah sakit, dan ambulance.
Dalam penataan barang dan furniture rumah ada perlunya untuk memperhatikan persiapan sebelum terjadinya gempa bumi. Pertama penataan barang pecah belah dan yang berat harus diletakkan di tempat penyimpangan bagian bawah hal ini dimaksudkan untuk menghindari kejatuhan barang tersebut. Kedua, Untuk memperkuat kembali lemari dan perabot yang berisiko roboh untuk dikaitkan ke dinding menggunakan pengait sebab dikhawatirkan pada saat gempa bumi akan roboh. Ketiga, untuk memeriksa dan memperbaiki jika terdapat atap atau dinding yang rusak atau retak sebab rawan untuk roboh. Keempat, periksa perabot lain seperti lampu gantung, kipas angin, piguran yang sebagainya yang berkemungkinan menjatuhi pada saat gempa bumi. Terakhir adalah pastikan untuk gas dan intansi aliran listrik aman sebab hal ini berpotensi akan menyebabkan konsleting listrik.
Langkah selanjutnya adalah hal yang harus dipersiapkan jauh jauh hari secara matang. Dalam hal ini menentukan peranan dan tugas setiap anggota misalnya saja peran ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya. Dalam penentuan peran dan tugas ini juga memperhatikan kondisi dan kemampuan anggota keluarga. Persiapkan pula tas atau kotak persediaan bencana (PKB) yang berisikan bahan kebutuha anggota keluarga yang dipergunakan selama tiga hari di daerah bencana. Dalam menyediakan PKB ini idealnya seluruh keluarga harus sudah mempunyai daftar kebutuhan dasar keluarga. PKB berisikan radio tenaga baterai disertai baterai cadangan, lampu senter dan baterai extea, kotak P3K, persediaan obat resep, kartu kredit dan uang tunai, identitas pribadi dan kopiannya, serta peta wilayah dan nomer telpon penting. Setidaknya setiap enam bulan sekali untuk memeriksa persediaan makan dan minuman dan menganti baterai untuk alat alat khusus. Ada baiknya jika PKB ini diletakkan di tempat yang mudah dijangkau dan diketahui oleh semua anggota. Selanjutnya pastikan jalur evakuasi untuk penyelamatan keluar rumah dalam keadaan kosong dan tidak ada yang menghambat seperti meja, kursi, lemari, furniture lainnya sehingga untuk mengevakuasi diri keluar rumah lebih mudah.
Perlu dikomunikasikan pula kepada anggota keluarga bahwa setiap anggota keluarga sudah mengetahui cara berlindung saat terjadinya gempa bumi misalnya saja melindungi kepala, masuk ke kolong meja atau tempat tidur yang kuat, dan berpegangan pada kaki meja atau tempat yang aman (drop, cover and hold on). Kemudian pastikan pula anggota keluarga dan melaksanakan rencana kesiapsiagaan keluarga ketika terjadi bencana gempabumi yaitu seperti melindungi diri dan menuju titik kumpul melalui jalur evakuasi yang disepakati. Hal terpenting selanjutny adalah untuk memperhatikan anggota keluarga yang sakit dan berkebutuhan khusus dengan membuat cara atau peralatan khusus anggota keluarga yang sakit dan berkebutuhan khusus dalam proses penyelamatan saat bencana gempa bumi terjadi.
Hal sederhana yang dapat menjadi peringatan akan datangnya gempa bumi adalah dengan membuat alat sederhana yang mana dapat menimbulkan bunyi ketika gempa bumi terjadi. Sebagai contoh adalah kelerang yang dimasukkan dalam kaleng bekas yang diletakkan di atas lemari atau tempat yang tinggi dalam rumah. Selanjutnya untuk mendapatkan informasi terkait gempa bumi harus dari sumber informasi yang akurat seperti BMKG melalui televisi, radio, aplikasi informasi BMKG, ataupun pengumaman di sekitar rumah.
Dengan kesigapaan bencana gempa bumi yang dimulai dari keluarga ini maka diharapkan dapat mengevakuasi diri secara mandiri dan mengurangi risiko terjadinya korban berjatuhan.
Sumber Referensi :
BNPB. (2018). Panduan kesiapsiagaan Bencana untuk Keluarga. Jakarta : BNPB.
Utomo, Hadi dan Faizal Cakra. (2017). Pedoman Standar Pelayanan Kesiapan Keluarga
Hadapi Bencana. Jakarta : Deputi Bidang Perlindungan Anak.
Yuswanto, Listyo. (2019). Siaga Bencana Dimulai dari Keluarga. Diakses dari http://ubaya.ac.id/2018/content/articles_detail/258/Siaga-Bencana-dimulai-Dari-Keluarga.html pada tanggal 27 Juni 2021.
Comments
Post a Comment