Tugas Diary Etika #2

Nama : Erni Wulandari
NIM    : 18413241030
Prodi  : Pendidikan Sosiologi 2018 A

SEADANYA BERTANYA, KITA BUKA WARTAWAN

foto diunduh dari https://soc-phoenix.s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/wp-content/uploads/2018/02/23145626/shutterstock_161475038.jpg


HALLO, diary netku.
Blog Etika yang kedua ini aku akan membahas mengenai tentang etika bertanya atau menanyakan sesuatu dengan teman sebaya (peer group). Yups, kita sebagai makhluk sosial tentunya memerlukan interaksi dan komunikasi. Saling menjawab dan bertanya mengenai suatu hal untuk mendapatkan informasi.
Minggu-minggu ini aku rada sebel tau wkwk soalnya cukup banyak temanku yang bertanya kepadaku mengenai hal-hal privasi. Yak, privasi cuy. Kalau enggak dijawab, kemudian ditekan untuk menjawab. Kalau enggak dijawab ntar dia marah. Aku pingin bilang gamau jawab karna itu hal privasi dan pertanyaan bodoh yang enggak ngaruh buat hidupnya kan enggak enak juga sama dia. Jadi aku nulis di sini saja hehehe.
Jadi, aku di sini akan membahas mengenai etika dalam bertanya agar perkataan kita enggak bikin hati orang lain itu jengkel, dongkol, atau semacamnya gitu. Ini menurut pengalaman pribadi aku sendiri ya.
1. Tanyakan seperlunya saja, jangan sampai mengenai hal-hal yang penting privasi dalam hidupnya.
Memang sebagian orang menganggap bahwa bertanya mengenai hal privasi itu salah satu cara untuk mengakrabkan hubungan. Meskipun pertanyaan yang dianggap mudah namun jika sudah menyangkut privasi dia akan keberatan untuk menjawabnya dan berpikiran bahwa kita akan menilainya dari berbagai aspek Missal “Ada berapa uang di atm kamu sekarang?” “Berapa berat badan kamu?”  Pertanyaan yang sekiranya mudah dijawab tapi  bisa membuat orang yang ditanya tersinggung, sakit hati, bersedih dan akhirnya menangis tersedu-sedu hehehe.

2. Jangan sedikit-dikit tanya apa, dan menyuruhnya untuk mengulangi jawabannya lagi. Itu kepo dan akan membuat dia jengkel.
Stop dipertanyaan yang menurut kita jawabannya sudah terjawab. Ingat karena kita bukan wartawan gossip.

3. Jangan memaksakan kehendak orang lain untuk menjawab pertanyaan kita sob.
Meskipun pertanyaan yang kita ajukan yang sebenarnya mudah untuk dijawa, namun jika dia tidak tidak berkenan  untuk menjawab jangan seklai-kali kita memaksakan untuk menjawab pertanyaan kita. Oke? Mungkin kalian paham alasannya apa. Ya, karena kita tidak boleh memaksakan kehendak.
4. Lihat mood dia bagaimana. 

Jika moodnya baik oke kita ajak berkomunikasi dan ajak bicara, kalau kita butuh informasi berhubungan dengan privasi hidupnya silahkan namun dengan kehati-hatian. Sebaliknya kalau mood dia jelek, sangat ditekankan untuk berhati-hati dan sangat disarankan menunggu waktu agar moodnya kembali baik. Syukur-syukur kita yang menjadi moodboosternya.

Benar sih, mungkin sebagian orang menganggap bahwa dengan melakukan komunikasi secara mendalam menambah rasa solidaritas dan keakraban tapi juga inget tidak semua orang akan mengikuti alur yang kita buat. Jadi kita juga harus mengetahui karakteristik orang yang akan kita ajak bicara biar dia tidak menganggap kita orang yang kepo, caper, dan lain-lain.
Okee, sampai sini dulu ya guys. See You! 😊



Comments

Popular Posts